Blog Detail

PROFIL PEREMPUAN PASCA BENCANA (Studi Kasus di Kota Garut)

02 Jan 23
Pengelola -
No Comments

Tim Penulis: Mulyaningrum; Erni Rusyani Ernawan.

Tim Lapangan: Andre Suryaningprang; Dewi Yuliati Indah

Bencana alam merupakan bentuk tragedi yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya. Ada jenis bencana yang terjadi secara alami, dan ada pula bencana yang terjadi sebagai akibat dari perilaku manusia yang menimbulkan kerusakan alam dan masalah lingkungan. Namun apapun penyebabnya, bencana seringkali memakan korban jiwa dan membawa dampak kerusakan infrastruktur, kehilangan lapangan pekerjaan dan harta benda, serta permasalahan sosial ekonomi lainnya. Provinsi Jawa Barat adalah daerah dengan tingkat kerawanan atau potensi bencana tertinggi di Indonesia. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat, selama periode Januari sampai November 2018 telah terjadi 1.399 bencana alam di Jawa Barat. Kabupaten Garut merupakan daerah yang memiliki risiko bencana nomor dua tertinggi di Jawa Barat, setelah Cianjur. Kelompok yang sangat rentan mendapat imbas dari bencana adalah perempuan. Kerentanan merupakan konsep yang sangat kompleks. Kerentanan yang dialami oleh individu ketika berhadapan dengan bencana dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah perbedaan akses dan kontrol terhadap sumber daya. Akses dan kontrol terhadap sumber daya dibutuhkan oleh individu untuk bertahan hidup, dan memulihkan diri dari kondisi pasca bencana. Permasalahan gender tidak hanya membawa perempuan pada situasi yang lebih rentan ketika bencana. Permasalahan tersebut turut memengaruhi kondisi perempuan pasca bencana, yang umumnya relatif lebih rentan menjadi korban kekerasan. Selain status gender, kondisi sosial, posisi mereka di dalam masyarakat, status pernikahan, status ekonomi, dan keyakinan yang mereka anut juga turut menjadi faktor yang meningkatkan kerentanan perempuan. Peningkatan prevalensi kekerasan seksual berbasis gender (Gender-Based Violence = SGBV) merupakan masalah yang bersumber dari ketimpangan gender. Hal ini akan mengancam perempuan dalam situasi pasca bencana. Oleh karena itu, kegiatan untuk menyusun profil para perempuan pasca bencana menjadi sangat penting, agar diperoleh pengetahuan atas berbagai masalah yang dihadapi dan menfaat lain untuk menurunkan risiko korban bencana.

Buku tentang Perempuan Pasca Bencana ini diterbitkan atas dukungan dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bekerja sama dengan Pusat Studi Wanita – Universitas Pasundan

Leave A Comment